TUGAS INDIVIDU
RESENSI BUKU
Disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Perspektif Sejarah
Dosen Pengampu : Prof.
Dr. Wasino, M.Hum
Disusun
Oleh
Sri
Lestari ( 0301512006 )
PROGRAM PASCA SARJANA
PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
RESENSI BUKU
BERJUANG MENJADI
WIRAUSAHAWAN : Sejarah Kehidupan Kapitalis Bumi Putra Indonesia
Judul
Buku : BERJUANG
MENJADI WIRAUSAHAWAN : Sejarah
Kehidupan Kapitalis Bumi Putra Indonesia
Penerbit : Unnes Press
Tahun
Terbit : 2008
Tebal
Buku : 73 halaman
A.
Pendahuluan
Buku berjudul Berjuang Menjadi Wirausahawan :
Sejarah Kehidupan Kapitalis Bumi Putra Indonesia sangat menarik untuk dibaca
dan disimak. Sebagai buku yang bercerita tentang kehidupan kapitalis bumi
putra, buku ini memberikan sebuah inspirasi yang sangat besar kepada para
pembacanya. Betapa pada jaman dulu tokoh – tokoh bumi putra sudah mampu
menyelenggarakan suatu kegiatan ekonomi yang sangat menakjubkan pada masa itu.
Meskipun buku ini tidak terlalu tebal tapi kupasanya sangat lugas, tajam, dan
tidak bertele – tele.
Buku ini meskipun hanya sebuah buku parsial yang
mengupas sebagian kecil saja dinamika sejarah sosial Ekonomi Indonesia tapi
tetap memberikan manfaat yang besar. Apalagi buku mengambil contoh di Jawa, di mana kita harus mengetahui sejarah local
kita sendiri untuk memetakan masa depan kita.
Kita menjadi tahu bahwa kehidupan kapitalis tak seburuk apa yang kita
kira selama ini.
Buku ini terbagi dalam lima bab. Bagian pertama
berisi tentang konsep – konsep dasar kapitalisme. Pada bagian ini dilakukan
pemetaan tentang asal usul, tipologi,
dan dampak dari kapitalisme. Bagian kedua berisi tentang tentang
perkembangan kapitalisme awal nusantara. Kapitalisme yang berasal dari dunia
perdagangan antar pulau dan antar Negara yang akhirnya harus runtuh akibat
masuknya kapitalisme barat dan dilanjutkan dengan penjajahan. Bab tiga
menceritakan tokoh kapitalisme bumi putra di pantai utara Jawa yaitu
NitiSemito. Ia merupakan sosok pengusaha Bumiputra yang tak menyerah dalam
cengkraman system kapitalisme barat. Bagian empat menceritakan tentang sosok
Mangkunegara IV yang tampil sebagai pengusaha Jawa di jaman penjajahan Belanda.
Ia dengan gigih tidak menyerah pada desakan pemuda swasta asing ketika itu dan
berhasil membawa keunggulan pabrik gulanya. Bagian lima atau bagian akhir
bab memuat tentang simpulan dan saran.
NIlai yang dapat dipetik dari sejarah kewirausahaan Indonesia diungkap pada
bagian ini.
B.
Ringkasan
Isi Buku
1. Bab
I
Kapitalisme pernah menjadi istilah yang sangat
dibenci oleh para pejuang nasionalis Indonesia seperti Soekarno Hatta, Cipto
Mangunkusumo dsb. Ketika itu kapitalisme diidentikkan dengan kolonialisme yang
menghisap kekayaan rakyat Indonesia untuk kepentingan negri penjajah. Akibatnya
negri terjajah tinggal menerima limbah kemelaratan akibat kapitalisme
kolonialisme ini. Tetapi kini kapitalisme telah merambah sampai ke pedesaan
Indonesia termasuk yang dahulu dianggap terisolasi. Kapitalisme tidak hanya
hidup dan berpengaruh terhadap masyarakat perkotaan tapi juga masyarakat
pedesaan.
Max Weber mengungkapkan bahwa kapitalisme itu
ditentukan oleh orientasi kegiatan ekonomi yang ditandai dengan pengejaran
keuntungan ekonomi secara rasional ( sistematik dan penuh perhitungan ) dengan
menggunakan sarana ekonomi semata – mata. Sementara itu Karl Max mengatakan
bahwa kapitalisme itu ditentukan oleh motif atau orientasi kaum kapitalis.
Apapun motif yang mereka sadari sebenarnya mereka didorong oleh logika system
ekonomi untuk memupuk modal. Kapitalisme menurut pandangan Mark adalah suatu
bentuk masyarakat kelas yang
distrukturkan secara khusus, yang di dalamnya manusia diorganisir untuk
memproduksi kebutuhan hidup. Sementara itu Dobb mengemukakan bahwa kapitalisme
merupakan satu system ekonomi yang didasarkan pada buruh upahan yang terlepas
dari sarana produksi. Akhirnya Ruth mc Vey mendefinisikan konsep kapitalisme
itu dengan cara yang lebih sederhana yakni sebuah system yang menggunakan alat
– alat produksi berada di tangan sector
swasta untuk menciptakan laba yang sebagian besar dari laba itu ditanamkan
kembali guna memperbesar kemampuan menghasilkan laba
Menurut Max Weber dalam bukunya The Protestan Ethic
and The Spirit of Capitalism mengemukakan teori
bahwa munculnya kapitalisme di Eropa dan Amerika itu didorong oleh
factor budaya yakni semangat yang bersumber pada nilai – nilai atau etos
protestan. Perjuangan mencari nafkah tidak dianggap sebagai beban tapi sebagai
perjuangan untuk ditransformasikan ke dalam panggilan Tuhan yang memandang
kerja keras sebagai kegiatan moral dan vital. Sedangkan Karl Mark menekankan
factor structural sebagai penentu munculnya kapitalisme yaitu terjadinya
perubahan cara produksi dari masyarakat feudal ke masyarakat kapitalis. David
Mc Clelland mengemukakan munculnya kelompok entrepenuer adalah karena adanya
motivasi yang tinggi untuk berprestasi atau need for achievement. Geertz
menggunakan konsep rasionalitas dan etika ekonomi dalam memahami muncul dan
perilaku kapitalisme di Jawa Bali, dengan mengambil kasus masyarakat santri di
Jawa Timur dan kelompok bangsawan di Tabanan Bali.
Kapitalisme yang semula berkembang di Negara Eropa
Barat itu kemudian meluas ke Negara – Negara Asia Afrika dan Amerika Latin seiring
dengan proses penjajahan. Dalam kasus Hindia Belanda menurut Sartono Kartodirjo
dan Joko Suryo hubungan colonial itu berpangkal pada dominasi, eksploitasi, dan
ekstrasi, diskriminasi , dan dependensi.
Kapitalisme ini disebut kapitalisme pinggiran. Di Indonesia munculnya kapitalisme
pinggiran ini ditandai dengan berdirinya perusahaan Negara NHM, tahun 1825 dan
Javasche Bank tahun 1828yang disertai dengan investasi Negara dalam kegiatan –
kegiatan ekonomi. Konsep ini dilembagakan dalam bentuk system tanam paksa.
Dalam perjalanan kapitalisme ini mayoritas petani akan berubah manjadi
proletariat
Boeke
mengemukakan bahwa dampak kapitalisme terhadap masyarakat Asia adalah
terjadinya perubahan masyarakat menjadi belah dua dalam bidang ekonomi. Burger
selanjutnya mengemukakan bahwa kolonialisme memiliki dampak yang lebih luas
pada masyarakat Jawa yang disebutnya sebagai perubahan struktur. Tapi Thee Kian
Wie dan John Melor mengemukakan bahwa industry perkebunan dapat pula mendorong
perkembangan suatu daerah melalui berbagai peluangekonomi yang dimunculkan
industry perkebunan memungkinkan terciptanya sejumlah lapangan kerja baru bagi
masyarakat
2. Bab
II
Jaringan dagang antara orang – orang Indonesia
dengan komunitas pedagang internasional sudah ada jauh sebelum masuknya Islam
ke Nusantara. Tapi dengan adanya monopoli VOC dalam bidang perdagangan maka
peranan orang Indonesia dalam perdagangan global menjadi merosot. Kolonialisme
dan Imperialisme barat dalam arti penjajahan sesungguhnya tidak seragam atas
seluruh wilayah Indonesia. Sejumlah buku pelajaran yang menyebutkan bahwa penjajahan
barat di Indonesia berlangsung selama 3, 5 abad sama sekali tidak relaistis.
Ketika bangsa – bangsa barat di Nusantara pada kurun niaga hubungan antar Negara di Nusantara dengan
bangsa barat itu umumnya masih hubungan dagang. Baru setelah hubungan dagang
tidak seimbang maka lahirlah monopoli perdagangan yang dilakukan oleh para
pedagang – pedagang barat tersebut. Sedangkan luar Jawa banyak daerah yang tak
tersentuh VOC.
Sistemtanam
paksa telah menguntungkan bangsawan elit desa. Tapi rakyat menjadi tertindas.
Tanam paksa juga berdampak positif juga antara lain memberikan kesempatan
penduduk desa untuk menjadi karyawan upahan. Akibat tanam paksa muncul kelas –
kelas tertentu di penduduk. Dengan tanam paksa ekonomi negri Belanda menjadi
stabil. Keadaan rakyat yang makin menderita ini memunculkan keprihatinan kaum
oposisi untuk memperbaiki nasib daerah jajahan, yang kemudian dikenal dengan
politik etis.
3. Bab
III
Bab ini menceritakan tentang Nitisemito, pengusaha
rokok sukses yang berasl dari Kudus. Di kalangan orang Jawa menjadi pengusaha
sesungguhnya bukan hal yang baru. Para wirausahawan bumiputa telah memiliki
nilai tawar yang tinggi di hadapan kelas kapitalis – kapitalis asing seperti
Cina, India, Persia, dan Barat
Dalam
bab ini diungkapkan bahwa kapitalisme merupakan gejala umum dunia yang
berkembang baik di dunia Eropa maupun Asia.
Selam penjajahan Belanda jiwa
kapitalisme di kalangan anak negri belum hilang. Nitisemito merupakan salah
satu bentuk kapitalis bumi putra yang handal. Munculnya kapitalisme ditentukan
oleh banyak factor ada yang karena etos keagamaan ada yang karena factor
tatanan sosial masyarakatnya. Nitisemito sebagai kapitalis bumiputra terbentuk
karena factor lingkungan tempat tinggal, keluarga, dan lingkungan tempat kerja.
Kinerja kapitalisme bumi putra Nitisemito merupakan kapitalisme keluarga yang
berbeda dengan kapitalisme modern. Perkembangan rokok kretek di Kudus sekarang
memiliki jalinan historis dengan rokok kretek Nitisemito baik jalinan structural maupun cultural.
4. Bab
IV
Bab ini mengemukakan mengenai raja Mangkunegara IV
yang mempunyai jiwa wirausaha yang tinggi. Ia mendirikan pabrik gula dengan
peralatan modern dan system sdministrasi modern. Ia juga telah memikirkan
promosi rokoknya dengan berbagai usaha baik langsung dan tidak langsung.
Promosi ini telah dimasukkan dalam biaya produksi. Ia mulai menarik tanah –
tanah yang disewakan pada pihak asing untuk datarik dan ditanami tebu serta
didirikan pabrik . Ia berpikit bahwa
dengan hal ini akan membawa keuntungan lebih pada praja nya.
Tradisi
wirausaha di kalangan bangsawan bumiputra tidak hilang sama sekali, ketika
dominasi politik Jawa berada di tangan Belanda dan ekonomi di tangan pengusaha
swasta barat. Salain factor structural berupa lingkungan ekonomi perkebungan
yang telah berkembang di wilayahnya dan konstelasi politik di wilayah Praja
Kejawen, munculnya industry gula Mangkunegaran juga disebabkan factor
kreativitas Mangkunegaran IV untuk mencari alternative sumber pendapatan praja.
Mode produksi industry gula Mangkunegaran pada masa Mangkunegara IV, merupakan
campuran antar mode produksi feodalistik dan kapitalistik
5. Bab
V
Pada bab ini menceritakan tentang pemikiran Jawa
secara umum. Yang dianggap orang berharga
adalah jika menjadi pemimpin, priyayi, kasta ksatria, atau brahmana. Di
luar itu dianggap berkedudukan rendah, seperti kasta waisya dan sudra.
Berdasarkan anggapan itulah, maka banyak orang tua Jawa di masa lampau
menghendaki agar anak – anaknya menjadi priyayi dan tak pernah bercita – cita
menjadi pedagang atau pengusaha.
Hancurnya
kapitalisme bumi putra dari kalangan bangsawan di pesisir utara Jawa sejak abad
ke XVII secara umum telah melahirkan stagnasi kewirausahaan di kalangan orang
Jawa. Akan tetapi bukan berarti jiwa
wirausaha mereka sama sekali mati.
C.
Kelebihan
buku
Ada beberapa kelebihan buku yang ditulis
oleh Prof. Wasino ini. Meskipun buku ini hanya buku parsial dan tidak tebal
tapi teori, konsep – konsep disajikan secara lengkap. Sehingga penulis bisa
menganalisa sangat tajam mengenai 2 contoh wirausaha yang ditampilkan. Penyajian buku ini disajikan dengan sangat
runtut. Mulai dari teori dan konsep – konsep umum sampai dengan contoh kongrit
Buku
ini menggunakan bahasa yang sangat mudah dipahami sehingga ketika membaca buku ini saya cepat menangkap maksud kandungan
isinya. Buku ini telah menyajikan 2 tokoh Jawa yang sangat penting sehingga
kita teras dekat dengan buku ini karena latar , tokoh adalah orang yang dekat
dengan dunia kita.
Buku
ini telah menjadi salah satu literatu yang sangat bagus. Karena di Indonesia
jarang sekali menulis buku tentang sejarah ekonomi. Jika dibandingkan dengan
buku tulisan Sartono Kartodirjo dan Djoko Suryo yang berjudul Sejarah Perkebunan di Indonesia kajian sosial
ekonomi , buku karya Prof Wasino ini tak kalah menarik. Justru lebih mudah
dipahami. Dalam bukunya Kartodirjo
kurang dalam membahas dinamika kehidupan masyaraktnya. Konflik – konflik
yang terjadi di masyarakat tidak terlalu
menonjol dibahas. Sehingga buku
Kartodirjo terkesan hanya sebagai rangkuman saja, kurang tajam dalam analisa.
Berbeda dengan tulisan Prof Wasino, buku ini disertai dengan analisa yang cukup
tajam, makanya di depan sudah ditampilkan teori – toeri tentang konsep
kapitalisme. Buku yang ditulis Prof Wasino ini begitu proporsional dalam
memandang suatu kasus. Tidak hanya Indonesia sentries, tapi Prof wasino bisa
menempatkana diri sebagi sejarawan handal dan jauh dari kesan subyektifitas.
Maka ia selalu mengungkapkan kelebihan dan kekurangan dalam memandang suatu
hal. Seperti diungkapkan bahwa penjajahan Indonesia berlangsung 3,5 abad,
menurutnya sudah sangat tidak rasional.
Dalam
buku ini kita bisa melihat bahwa orang Indonesia termasuk orang Jawa dapat dan
perlu menjadi kapitalis. JIka banyak orang Indonesia yang sukses menjadi
pengusaha, maka akan memungkinkan makin sedikitnya modal asing yang masuk ke
Indonesia karena modal dari dalam negeri dapat dikembangkan oleh anak negri.
Melalui cara ini maka ketergantungan pada kapitalisme asing dapat dikurangi
sehingga harga diri bangsa di mata dunia menjadi terangkat. Jadi harga diri
tidak harus jadi pejabat, guru, tapi juga wirausahawan. Buku ini bisa digunakan
untuk referensi tidak hanya di kalangan pecinta sejarah, tapi juga seharusnya
pelaku bisnis saekarang bisa belajar dari sejarah. Bagaiman Mangkunegara IV
pada saat itu sudah mempunyai pola
pemikiran yang begitu hebat.
D.
Kekurangan
buku
Sayang sekali buku sebagus ini masih
banyak sekali kesalahan tulisan. Meskipun ini bukan hal yang krusial tapi
sangat menganggu sekali ketika saya membacanya. Bisa jadi tulisan yang salah
ini bisa menimbulkan salah tafsir bagi pembacanya. Untuk hasil cetakan juga
kurang bagus , terlihat buram sehingga kurang enak dibaca
E.
Saran
Saran terhadap buku ini antara lain
harus ada pembenahan dalam kesalahan tulisan sehingga pembaca tidak terganggu
dengan banyaknya tulisan yang salah ini. Kualitas cetakan juga harus diperbaiki
sehingga buku ini semakin bagus. Kemudian akan lebih bagus lagi jika isi dalam
buku ini direvisi lagi dan disinggung
mengenai perbandingan kewirausahaan di luar pulau Jawa untuk menambah kekayaan
buku ini. Juga bagaimana kapitalisme di luar Pulau Jawa. Karena judulnya masih
sangat luas lingkup spasialnya, kecuali jika judulnya dipersempit wirausahawan
di Pulau Jawa saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar